Indonesia mulai mengenal bank sejak Belanda mendirikan Bank von Courant oleh VOC di tahun 1746. Sudah 276 berlalu dan sekarang Bank merupakan komponen yang penting untuk setiap kalangan baik untuk memulai bisnis, melakukan transaksi, dan bahkan untuk operasional bisnis sehari-hari. Sistem yang kita sudah terbiasa dan pahami ini merupakan contoh dari Centralized Finance/Sistem Keuangan Terpusat.
Sistem Keuangan Terpusat/Centralized Finance atau CeFi memiliki satu pihak pusat yang bertujuan untuk membuat sistem perdagangan yang adil. Dalam CeFi uang yang kita miliki disimpan di Bank. Tahukah kamu pada Sistem Keuangan terdapat banyak sekali pihak ketiga yang membantu setiap transaksi bisa terjadi, dengan setiap pihak tersebut mengenakan biaya kepada para konsumen untuk setiap transaksinya. Sebagai contoh, ketika saya melakukan transfer dari rekening saya di bank A ke kamu di bank B melalui ATM, terdapat banyak sekali pihak yang bekerja untuk bisa membuat dana dari rekening saya tertransfer ke rekening kamu. Dari pihak bank saya yaitu Bank A tidak langsung memberikan dana tersebut ke bank kamu di Bank B. Pertama dari pihak penyelenggara ATM (ALTO, Prima, ATM Bersama, dll) mengenakan biaya per transaksi untuk melakukan transfer ke pihak bank A. Dari pihak bank A memprosesnya dari data pihak cabang ke pusat lalu diberikan kepada bank sentral, kemudian dari bank sentral ke bank pusat bank B, dari bank B pusat baru deh ke rekening kamu.

Kemudian muncullah yang namanya Decentralized Finance. Sesuai namanya Decentralized merupakan kebalikan dari Centralized sehingga tidak terpusat ke satu institusi tetapi tersebar kesetiap user yang ada. Semua pihak ketiga yang ada di Ce-Fi digantikan dengan blockchain untuk pemrosesan datanya. Jadi tentu akan cost-efficient untuk setiap penggunanya dan tidak perlu khawatir untuk biaya administrasi ini dan itu yang di charge setiap pihak ketiga untuk servis yang diberikan. Last but not least online 24 jam dan bisa diakses dari negara manapun.

Semakin Fin-tech sudah menjadi biasa, mungkin beberapa dari kita melihat De-Fi merupakan salah satu gebrakan seperti adanya Fin-tech yang sekarang sudah cukup umum di kota besar terutama Jakarta dan sekitarnya dan juga Surabaya. Walaupun sebenarnya Fin-tech dan De-Fi adalah hal yang berbeda. Fin-Tech ada karena banyak servis atau fitur yang sebenarnya bisa diberikan ke konsumen dengan lebih baik, lebih murah, lebih mudah tetapi para pelaku Ce-Fi tidak memutuskan untuk melakukannya karena satu dan lain hal. Memang perubahan adalah hal sulit ketika sedang dalam keadaan nyaman. Fin-Tech letaknya ada di dalam Ce-Fi karena yang Fin-Tech lakukan adalah meningkatkan proses dari perusahaan tradisional dengan menggunakan produk teknologi seperti peer-to-peer lending, aplikasi pencatatan keuangan, aplikasi untuk transfer gratis, bahkan produk agregator dari produk bank-bank di Indonesia hingga proses dari pengajuan sampai pencairan produknya dan sebagainya.
Decentralized finance akan membentuk nantinya decentralized economy yang didukung dengan penerapan teknologi blockchain lainnya seperti cryptocurrency, play-to-earn gaming, metaverse adoption, lending and staking dan berbagai macam fitur lain yang merupakan versi terbaru dari apa yang kita kenal dari fitur perbankan yang umum kita gunakan. Jadi stay tune and terus update di hopemity.com, where we seeing things in perspective of hope and positivity.